EMAS YANG MEMBELI KESEHATAN TIDAK PERNAH DAPAT MEMBELI YANG SAKIT HABISKAN

Thursday, April 28, 2016

MEMBASMI JENTIK NYAMUK DENGAN IKAN CERE


Apakah Ikan Cere itu?
Ada beberapa spesies ikan tertentu yang bisa dimanfaatkan sebagai pembasmi jentik nyamuk. Salah satunya, ikan "antinyamuk" Gambusia affinis. Selain sudah terbukti sebagai pengendali ampuh nyamuk malaria, ikan cere atau gambusia itu juga berpotensi sebagai pengendali nyamuk demam berdarah. Dimana-mana, nyamuk selalu nakal dan menjengkelkan. Nyamuk Indonesia atau Amerika sama saja. Entah nyamuk rumahan atau nyamuk sekolahan. Yang sedang mengantuk dipaksanya garuk-garuk. Bahkan, ada yang bisa membuat korban gigitannya meringkuk di rumah sakit karena terserang penyakit. Di tempat kita, serangga ini ditakuti karena ada yang menjadi vektor penyebar malaria, demam berdarah, chikungunya, dan filariasis (kaki gajah). Agresinya sedemikian ganas sampai gerakan 3M (menguras, mengubur, dan menutup) saja tidak sanggup menghentikannya sehingga Departemen Kesehatan perlu manambah gerakan 3M menjadi 3M plus.

Nyamuk dewasa dihalau dengan asaap dan ditangkal denga kasa. Sedangkan, nyamuk anakan dibasmi saat masih berupa jentik-jentik. Pembasmian jentik nyamuk biasanya dilakukan dengan cara kimiawi menggunakan bubuk abate atau pakai cara biologis dengan memanfaatkan ikan pemakan jentik. Jenis ikan yang biasa untuk itu pun macam-macam, antara lain keluarga ikan cupang, ikan gapi (Poecilia reticulata), ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), dan ikan cere atau gambusia (Gambusia affinis).
Di antara sekian macam itu, Gambusia affinis tampaknya yang paling kurang populer. Mungkin karena tampangnya yang tidak sebagus ikan cupang atau gapi. Warna sisiknya tidak meriah. Sosoknya pun tak sedap dipandang. Gambusia memang kurang beruntung karena penampilannya yang tidak menawan. Tapi dalam soal melahap jentik nyamuk, ia layak diandalkan. Tidak berlebihan jika ikan ini lalu disebut ikan antinyamuk.


Di banyak negara ikan cere telah terbukti ampuh mengendalikan populasi serangga pengisap darah manusia ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pun merekomendasikan ikan cere sebagai pengendali biologis (biokontrol) populasi nyamuk. Di Amerika Serikat, Iran dan India, ia dipakai dalam program resmi pemberantasan penyakit akibat gigitan nyamuk.

Sama seperti di negara lain pasti mempunayi perbedaan masalah dengan kondisi penyakit. Di negara-negara tropis, ikan ini diperbantukan untuk mengendalikan malaria. Sementara di negara asalnya Amerika Serikat, ia dimanfaatkan dalam program pemberantasan west nille virus (virus penyebab radang selaput otak).




Ikan Cere Makan Anak Sendiri

Ikan cere masih satu kerabat dengan gapi, yaitu dari keluarga Poeciliidae. Sebenarnya, ia penduduk asli sungai Mississippi, Luosiana, Amerika Serikat. Di negara asalnya itu orang menyebutnya mosquito fish karena reputasinya sebagai pembasmi larva nyamuk. Berbekal reputasi itu, ikan gambusia diekspor ke banyak negara, termasuk Indonesia. Ikan itu banyak dijumpai di sawah-sawah, parit, danau hingga selokan.

Gambusia tergolong ikan air tawar dan imut sosoknya. Saat dewasa, panjang badan pejantan hanya sekitar 4 cm. Tidak lebih panjang daripada dua ruas jari orang dewasa. Yang unik, betinanya lebih besar. Saat dewasa tubuhnya bisa mencapai 7 cm panjangnya. Hampir dua kali lebih panjang dari jantannya.

Perbedaan morfologi jantan dan betina ini dikenal sebagai diamorfisme seksual. Bukan karena si betina enggan berdiet sehingga badannya melar. Bukan pula karena si jantan kurang gizi. Tubuh si betina yang lebih besar itu berguna saat dia mengandung. Perut yang besar memudahkan tugasnya sebagai induk karena ikan ini berkembang biak secara ovovivipar. Si betina bertelur, tapi telurnya tidak diletakkan di air. Telur dibuahi dan dilindungi di dalam tubuh si induk sampai menetas dan dilahirkan.

Pejantan gambusia memiliki gonopodium (sirip kelamin) yang berfungsi untuk menyemprotkan sperma ke pasangan kawinnya. Di kalangan mereka berlaku seleksi pejantan. Pejantan dengan gonopodium besar biasanya lebih disukai oleh betina.

Dalam kondisi normal, ikan cere ini bisa hidup sampai usia tiga tahun. Selama masa tiga tahun itu, ia bisa beranak pinak dengan cepat. Ini salah satu kelebihannya sebagai pemangsa jentik nyamuk. Gambusia tergolong cepat matang secara seksual. Baru berumur 6 - 8 minggu saja, gambusia betina sudah siap kawin.

Dalam "kehamilan" pertama, mungkin ia hanya melahirkan beberapa anakan, sekitar belasan ekor. Akan tetapi, pada kehamilan - kehamilan berikutnya, ia bisa melahirkan 60 - 100 burayak (anakan) dalam satu kali kehamilan. Dalam setahun, seek9r gambusia betina bisa melahirkan 4 -5 kali. Sebagai gambaran betapa cepatnya gambusia berkembang biak, sebuah populasi yang berjumlah 7.000-an ekor bisa berkembang biak menjadi 120.000-an ekor dalam lima bulan.

Saat dilahirkan, ukuran panjang orok gambusia sekitar 8 mm. Begitu keluar dari "rahim" ibunya, mereka akan segera mencari makan sendiri. Bukan hanya gampang beranak, gambusia juga dikenal sebagai ikan yang gampang hidup dalam kondisi tidak bersahabat. Ia bisa bertahan hidup di air dingin ataupun hangat. Juga dalam kondisi rendah oksigen dan salinitas (kadar garam) di atas normal. Mereka juga relatif tahan terhadap polusi air dibandingkan dengan kebanyakan ikan jenis lain.

Yang paling utama, ikan cere dikenal sanggat rakus terhadap jentik nyamuk. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai agen pembasmi nyamuk. Rata-rata ia bisa melahap seratusan jentik nyamuk dalam satu hari. Bisa diandalkan untuk berlomba dengan kecepatan nyamuk bertelur. Bahkan, jika khusus dijejali pakan berupa larva nyamuk, kemampuan mereka menelan larva bisa gila-gilaan. Seekor gambusia betina dewasa bisa melahap 225 larva dalam satu jam. Jika diletakkan dalam bak mandi, ikan ini bisa meringankan para "jumatik" (juru pantau jentik).

Sifat rakus gambusia ini bukan hanya pada jentik nyamuk. Bagi mereka, nyamuk biasa, nyamuk malaria, maupun nyamuk demam berdarah tidak beda rasanya. Sama-sama lezat. Jika tidak menemukan larva nyamuk, mereka akan memakan makhluk hidup renik apa aja yang dijumpai. Plankton, berudu, anak cacing, dan anak ikan lain pun disikat. Bahkan jika tidak menemukan makanan, anaknya sendiri pun kadang dilahap.

Karena makanannya makhluk-makhluk renik, mereka menyukai lingkungan dengan perairan yang alirannya relatif tenang seperti telaga atau kolam. Di tempat seperti ini banyak ditemukan makanan. Soalnya, nyamuki, katak, dan ikan suka bertelur di air yang tenang. Kita tahu, ketika jentik berubah menjadi nyamuk, ia butuh tempat yang tenang untuk melakukan penerbangan perdana. Sesaat sebelum "lepas landas", ia bersiap-siap di permukaan air lebih dulu sambil mengeringkan sayap. Itu sebabnya, nyamuk suka meletakkan telurnya di air tenang.

Demikian artikel tentang manfaat ikan cere semoga berguna bagi para pembaca.

No comments:

Post a Comment